Mula
Ruang kosong dalam pikiran dipenuhi dengan
satu, dua, hingga entah berapa
mimpi. Tiap pagi kubuatkan dengan secangkir
kopi agar ia makin berani. Kala
senja kubuatkan ia mantra-mantra yang kususun
dari tesaurus ratusan muka.
Memasuki malam kulangitkan kata dari barisan
mimpi merupa doa-doa untuknya.
Dua
Aku gandeng mimpi ini kemana saja melangkah,
kadang ia minta digendong. Ia
kukenalkan pada teriknya matahari agar ia tak
takut lelah. Sesekali kusuruh ia
berlari tanpa alas kaki agar ia tahu betapa
terjal jalanan. Jika gelap malam melanda
kubiarkan ia berkontemplasi berteman sepi
agar ia terbiasa tanpa cahaya.
Tiga
Pada suatu pagi basah, kami berhadap
menikmati kopi sesap demi sesap. Ia
melahirkan kata-kata: aku ingin menjadi
Chairil atau Sutardji. Aku menatapnya,
ada semacam rasa terperanjat. Bagaimana ia
bisa mengeja nama itu? Dimana
ia menemui kedua nama itu? Aku telusuri
labirin matanya, mencari sebuah cerita.
Setelah Tiga
Aku: Bacalah segala yang bisa engkau baca dan
tak bisa engkau baca. Kata
yang kau baca, simpanlah dalam ruangmu. Mimpi:
Aku tak mau membaca,
aku hanya ingin menulis saja. Aku: Bahkan
dalam kitab suci jelas terbaca,
‘Bacalah!’. Mimpi: Engkau saja yang membaca, biar
aku yang mendengar saja.
Lima
Mimpi: Aku sudah mulai membaca. Aku pun sudah
menabung kata-kata.
Aku: Itu luar biasa, sekarang apa yang kau
lahirkan setelah masa tetirahmu. Mana?
Mimpi: Aku terserang malas. Banyak kata yang
kulahirkan, menjadi sajak atau prosa
tapi aku kehilangan arah. Segalanya menjadi
susah. Semuanya buntu, lalu hampa.
Tiga + Tiga
Aku: Ada yang mungkin membuatmu terlena,
seperti aku dulu. Aku lupa meminta.
Mimpi: Aku pernah meminta, tapi diberinya aku
tanya. Sejak itu aku menepikannya.
Aku cari jalanku sendiri, tanpa meminta. Apa
iya, hampa adalah muara ini semua?
Aku: Setidaknya bagaimana dirimu sekarang
adalah jawaban dari segala tanya.
Empat + Tiga
Sejak perbincangan bersama dua cangkir kopi
dengannya, aku melihat beda.
Aku melihat mimpi semakin menjadi, bersenjata
diksi dan berteman doa-doa.
Kemarin saja aku membaca di linimasa, satu dua
tulisannya mewujud nyata.
Aku percaya, segalanya mungkin. Sangat
percaya.
Tiga + Lima
Kini mimpi makin mengangkasa.
Segalanya bermula dari membaca,
menulis makna, dan mengejawantah semesta.
Dan jangan lupa, teruslah meminta pada
Maha Rencana.
Welahan, 5 Desember 2013
Untuk Event Rumah Sunyi @Bait_Puisi
Tema Motivasi
#Rumah_Sunyi #Bait_Puisi
Tweet |
0 comments:
Posting Komentar