Jumat, 06 Desember 2013

#Rumah_Sunyi Delapan Kuatrin Ketika Mimpi Menemukan Jalan

Mula

Ruang kosong dalam pikiran dipenuhi dengan satu, dua, hingga entah berapa
mimpi. Tiap pagi kubuatkan dengan secangkir kopi agar ia makin berani.  Kala
senja kubuatkan ia mantra-mantra yang kususun dari tesaurus ratusan muka.
Memasuki malam kulangitkan kata dari barisan mimpi merupa doa-doa untuknya.

Dua

Aku gandeng mimpi ini kemana saja melangkah, kadang ia minta digendong. Ia
kukenalkan pada teriknya matahari agar ia tak takut lelah. Sesekali kusuruh ia
berlari tanpa alas kaki agar ia tahu betapa terjal jalanan. Jika gelap malam melanda
kubiarkan ia berkontemplasi berteman sepi agar ia terbiasa tanpa cahaya.

Tiga 

Pada suatu pagi basah, kami berhadap menikmati kopi sesap demi sesap. Ia
melahirkan kata-kata: aku ingin menjadi Chairil atau Sutardji. Aku menatapnya,
ada semacam rasa terperanjat. Bagaimana ia bisa mengeja nama itu? Dimana
ia menemui kedua nama itu? Aku telusuri labirin matanya, mencari sebuah cerita.

Setelah Tiga
Aku: Bacalah segala yang bisa engkau baca dan tak bisa engkau baca. Kata
yang kau baca, simpanlah dalam ruangmu. Mimpi: Aku tak mau membaca,
aku hanya ingin menulis saja. Aku: Bahkan dalam kitab suci jelas terbaca,
‘Bacalah!’. Mimpi: Engkau saja yang membaca, biar aku yang mendengar saja.
  
Lima

Mimpi: Aku sudah mulai membaca. Aku pun sudah menabung kata-kata.
Aku: Itu luar biasa, sekarang apa yang kau lahirkan setelah masa tetirahmu. Mana?
Mimpi: Aku terserang malas. Banyak kata yang kulahirkan, menjadi sajak atau prosa
tapi aku kehilangan arah. Segalanya menjadi susah. Semuanya buntu, lalu hampa.


Tiga + Tiga

Aku: Ada yang mungkin membuatmu terlena, seperti aku dulu. Aku lupa meminta.
Mimpi: Aku pernah meminta, tapi diberinya aku tanya. Sejak itu aku menepikannya.
Aku cari jalanku sendiri, tanpa meminta. Apa iya, hampa adalah muara ini semua?
Aku: Setidaknya bagaimana dirimu sekarang adalah jawaban dari segala tanya.

Empat + Tiga

Sejak perbincangan bersama dua cangkir kopi dengannya, aku melihat beda.
Aku melihat mimpi semakin menjadi, bersenjata diksi dan berteman doa-doa.
Kemarin saja aku membaca di linimasa, satu dua tulisannya mewujud nyata.
Aku percaya, segalanya mungkin. Sangat percaya.

Tiga + Lima

Kini mimpi makin mengangkasa.
Segalanya bermula dari membaca,
menulis makna, dan mengejawantah semesta.
Dan jangan lupa, teruslah meminta pada Maha Rencana.


Welahan, 5 Desember 2013
Untuk Event Rumah Sunyi @Bait_Puisi
Tema Motivasi   
#Rumah_Sunyi  #Bait_Puisi

Senin, 29 Oktober 2012

Tentang Takut

Ketakutan - ketakutan yang menguasai atap fikiran..
Menggedor hati dengan begitu keras..
Memaksa hati beradu dengan fikiran..
Fikiran yang dikuasai takut terus memaksa pendirian hati..
Mencoba melemahkan hati dengan berbagai alasan..
Bukankah slalu ada alasan untuk membenarkan suatu pendapat?
Bukankah slalu mudah untuk mendapatkan alasan?

Duhai fikiran yang dikuasai ketakutan..
Jika hidup harus berhadapan dengan rasa takut maka hadapilah dengan berani..
Jika hidup harus berhadapan dengan sesuatu yang kau anggap tidak mungkin dan kau sebut itu dengan takut maka teroboslah gelapnya rasa takut dengan secercah cahaya terang dari hati yang kusebut doa..

Duhai fikiran yang dikuasai ketakutan..
Jadilah berani untuk menjadi pemenang!
Jadilah berani untuk menemukan cahaya!
Jadilah berani untuk menjadi cahaya!

Duhai fikiran yang dikuasai ketakutan..
Bukankah hidup itu keras bagi yang menganggapnya keras?
Bukankah hidup itu kejam bagi mereka yang menganggapnya kejam?
Bukankah hidup itu tak adil bagi mereka yang menganggapnya tak adil?
Ketakutan adalah manusiawi..
Tapi ini adalah tentang persepsi..
Persepsi membangunkan rasa takut atau berani..
Dan hidup adalah pilihan..

Duhai fikiran yang dikuasai ketakutan..
Lihatlah hati yang berselimut cinta..
Tengoklah hati yang tersenyum manja..
Temukanlah cahaya darinya..
Temukanlah penerang darinya..
Temukanlah penenang darinya..
Hatimu adalah cahayamu..
Jangan redupkan dengan fikiran takut..
Jangan padamkan dengan fikiran takut..
Bangun bangunlah duhai fikiran yang dikuasai ketakutan..

Duhai fikiran yang dikuasai ketakutan..
Basuhlah..
Bersujudlah..
Berdoalah..

Aku ada disini..
Dihati..

Kethut Ragil
Jakarta, 28 Oktober 2012
'untuk fikiran yang dikuasai ketakutan'

Rabu, 03 Oktober 2012

Negeriku Negerimu Negeri Kita

Negeri ini butuh kamu, kamu dan kamu..
Bukan untuk kamu caci maki atau kamu rendahkan sendiri..
Negeri ini saat ini memang sangat menyedihkan lagi ngeri..
Di saat banyak orang yang masih susah mencari nasi, ealah korupsi kok malah menjadi..
Institusi pemberantas korupsi terus dibully, dicari kelemahan lalu diam - diam digerogoti biar sekalian mati..
Di negeri ini, para pemimpinnya banyak yang mengidap sakit lupa diri..
Sementara rakyatnya banyak yang jadi suka mengurus diri sendiri..
Apa - apa semua sekarang merasa benar sendiri..
Apa - apa semua sekarang menganggap paling suci..

Heh..kita ini hidup bernegara!

Bukan hidup di gua atau di hutan yang tak ada aturannya..
Tapi semua sekarang hukum seperti tak punya nyali tak punya berani..
Hukum di negeri ini tajam kebawah dan tumpul keatas, sungguh ngeri..
Hukum di negeri ini berani pada yang kecil lalu menciut pada yang besar, ngeri..

Heh..kita ini berdiri dan berpijak di bumi yang sama, Indonesia...

Negeri dimana kita lahir, besar dan menghabiskan umur kita..
Negeri dimana kita menangis dan tertawa, susah senang bersama..
Negeri ini milik kita bersama!
Bukan hanya milik segelintir orang sementara serombongan orang yang lain terkapar tergenang air mata..

Jika 10 pemuda pemudi mampu membanggakan dan membuat negeri ini lebih baik..apalagi jika semua pemuda pemudi negeri ini bersatu dalam semangat yang sama..

Luar biasa dahsyatnya!
Bangunkan hati dan fikiranmu wahai kawan!
Jangan hanya berfikir dan berorientasi pribadi semata, ibu pertiwi butuh kita semua..
Tega kita melihat ibu pertiwi terbenam dalam air mata?
Sanggup kita melihat ibu pertiwi terkapar tak berdaya dihempas para pecundang dan para munafik bertopeng?
Jawab dalam hati dan fikiranmu..
Segera berbuat dan beraksi!
Apapun itu, sedikit jika terus akan berarti daripada tidak sama sekali..
Apapun yang kau bisa kerjakan, kerjakanlah..

Jangan mau kalah sahabat!

Jangan mau kalah!
Kita bertemu di altar ibu pertiwi yang tersenyum bangga pada pemuda pemudinya..
Merdekalah kita..
Merdekalah Indonesia kita..


Kethut Ragil
Jakarta, 17 Agustus 2012
INDONESIA RAYA

Selasa, 02 Oktober 2012

(Dalam mimpi (lagi))

Jam satu lebih empat lima..
Malam merenta disaat aku terbangun kelagar..
Berpeluh (lagi)..
Merinding (lagi)..
Wajah itu (lagi)..

Apakah aku takut?
TIDAK!

Dengan semua ikhwal ini, aku malah makin kuat menggenggam tangan kekasih hatiku..
Ya..kekasih hati yang mencintai aku dan aku cintai...

Duhai perempuan paruh baya (dalam mimpi) terima kasih (lagi) untuk tepukan di bahu dan senyum itu...

Salam dan doa buat panjenengan, siapapun panjenengan...


Kethut Ragil
Jakarta, 29 September 2012
(mimpi lagi)

Jumat, 28 September 2012

Senja, sakit & penawarnya

Senja mengantar beberapa rasa tak terkira..
Ada sakit tak terperi di kerongkongan..
Tengkuk seperti terbeban berat..
Ah..ada apa dengan tubuh ini...

Kutahan saja semua ini..
Gelas - gelas air putih kuguyurkan ke lambung ini..
Lalu sepiring nasi mengantar kekuatan lebih lagi..
Setengah butir obat anti influenza mengantarku terlelap malam itu..
Setelah sebelumnya tertenangkan oleh kekasih hati lewat teduh suaranya..
Setelah sebelumnya tertenangkan oleh kekasih hati dengan segala rasa cintanya padaku..

Terbangun pagi..
Aha..tubuh ini kembali ke sedia kala..
Rasa sakit yang semalam mendera tak lagi kurasa berat..
Walau masih  tersisa sedikit kurasa..
Dan kekasih hati kembali menguatkanku..

Senja kembali datang..
Tengkuk ini kembali terbeban berat..
Seperti ada yang duduk di pundakku..
Seperti ada yang memukul - mukul di tengkukku..
Berat dan berat sekali, ingin terkapar rasanya..
Sakit dan sakit sekali, ingin bersandar dan terpejam rasanya..
Dunia berputar kencang dan tak beraturan..
Dan segala yang kutelan ditolak tubuhku ini, komplitlah sudah!
Ah..makin tak berdaya aku...
Ah..makin tak karuan rasanya tengkukku...
Ah..makin berputar kencang duniaku...

Beranjak malam..
Kekasih hati mengunjungi lewat suara teduhnya..
Kekasih hati menyambangi dengan segala rasa cintanya..
Memeluk dingin tubuhku..
Mengelus tubuh sakitku..
Menenangkan  duniaku yang berputar kencang tak beraturan pula..
Inilah penawar sejati..
Lalu terlelaplah sudah tubuh lesu, berjaket, berkaos kaki dan agak menggigil..

Pagi menjelang..
Kekasih hati sudah menanti dengan kecemasan tentang keadaanku..
Menyeka peluh dingin yang membanjiri tubuh lesuku..
Beristirahatlah kekasihku, pintanya..
Berobatlah kekasihku, pintanya..
Aku mengkhawatirkanmu kekasihku, lanjutnya..
Aku mencintaimu dan tak ingin kehilanganmu kekasihku, lanjutnya..
Lekas - lekaslah sembuh kekasihku sayang, doanya..
Kembalilah tersenyum dan menemaniku, doanya..

Pagi lesuku berubah menjadi pagi luar biasa..
Ada kekuatan yang mendorongku beranjak menuju klinik..
Mendapati beberapa petuah dokter dan beberapa kantong obat..

Lalu terlelap dalam pelukan doa kekasih..
Lalu terlelap dalam hangat doa kekasih..

Siang datang..
Kekasih berkunjung kembali dengan segala cintanya..
Aku makin kuat untuk melawan sakit yang mendera tengkuk dan kepala ini..
Beristirahatlah lagi kekasihku, pintanya..

Senja menjelang..
Kekasih membangunkan lelap panjangku..
Diusap kembali kening basahku..
Ditemaninya aku melewati senja ini..
Berharap dan berdoa sakit ini tiada lagi berkunjung..
Pelukannya melindungiku dari senja yang dari 2 hari kemarin slalu mengantar lara untukku..
Senja ini terlewati dengan nyaman bersama doa kekasih hati..
Beranjak malam makin membaik dan makin membaik tubuhku..
Sakit dan lara hilang melebur bersama senja yang hilang ditelan malam..


Kekasihku..
Entah berapa kali harus kuucap terima kasih untuk semua luapan cintamu yang menyembuhkanku..

Kekasihku..
Betapa beruntungnya aku memilikimu, gadis ayu yang sangat mencintaiku..

Kekasihku..
Terima kasih..

Kekasihku..
Aku akan sembuh..


Kethut Ragil
Jakarta, 27 September 2012
'Dear Widya'

Kamis, 27 September 2012

[dalam mimpi]

Terbangun..
Berdetak kencang agak tersengal nafas ini..
Sementara rombongan peluh dingin terus mengucur..
Ah..kuingat barang sejenak apa yang baru saja kulihat [dalam mimpi]...

Ada ketakutan menghadang..
Ada keberanian tergenggam..
Entah siapa mereka?

Duhai perempuanku di sana..
Aku mencintaimu selayak engkau mencintaiku..
Duhai perempuanku disana..
Dzikir ini akan menjagamu dari nyalak malam yang temaram mencekam..

Aku mencintaimu..
Dan aku menjagamu...
Engkau mencintaiku..
Dan engkau menjagaku..


Kethut Ragil
Jakarta, sepertiga malam akhir 24 September 2012 [dinihari]

Selasa, 18 September 2012

Bisa apa aku tanpamu..?

Bisa apa aku tanpamu..?
Kamu itu sudah begitu lekat dengan hidupku, sebegitu lekatnya hingga saat engkau terjatuh aku yang terluka.
Tahukah kamu duhai perempuan yang kucintai, yang slalu kunantikan kabar beritanya, yang slalu kutunggu beberapa pesan singkatnya..
kemarin aku benar - benar terkapar saat mendapati perangai dan sikap yang berbeda darimu, tidak ada kabar sama sekali walau hanya sebaris
pesan singkat 'aku udah di rumah :D ' lalu berlanjut dengan jawaban - jawaban dari pesan singkatmu yang begitu singkat ( klo kutanya kenapa?
jawaban kamu 'lagi irit' hmm... ).
Hatiku mulai menerka dan menerka, melangkah mundur beberapa waktu ke belakang, menyelami kata demi kata perbincangan aku dan kamu atau
apapun yang bisa membuatku tahu, ada apa denganmu? ( minjem judul lagunya peterpan )
Badanku mulai terasa lemas, setelah seharian berkutat dengan bidang, gambar, warna dan berpuluh huruf.
Biasanya seperti ada berliter - liter air segar yang diguyurkan ke tubuhku tiap kali masuk pesan singkat darimu, tapi tidak senja ini.

Paragraf -  paragraf yang ditafsirkan berbeda..
Mari duduk dan bicara sayang..

Bisa apa aku tanpamu..?
Kamu hanya menulis 'ingin diam'
Pesan singkatku padamu ' Sebelum kamu meneruskan diammu, bawalah bekal dariku ini..'
Kulanjutkan 'Aku menyayangimu..'
(hening)
------------------------------
Bisa apa aku tanpamu..?
Untuk sekedar membiarkanmu sejenak dalam diammu saja aku tak bisa..
( entah berapa kata yang kukirim lewat pesan singkatku, yang kutahu aku banyak menulis untukmu )
Bisa apa aku tanpamu..?
Untuk sekedar makan saja perutku menunggu isyaratmu..
( aku seperti anak kecil yang mau makan asal dibelikan mainan dulu )
Bisa apa aku tanpamu..?
Sepi meruang hening membentang, sementara malam masih panjang..
Bisa apa aku tanpamu..?
Tengok saja sekarang kekasihku,senja ini..

Doaku senja ini..
Duhai Tuhan..tenangkanlah perempuan bermata sendu yang kucintai hatinya...
Duhai Tuhan..jagalah perempuan berwajah ayu yang kusayangi hidupnya..
Duhai Tuhan..bisikkan pada perempuanku 'kamu masa depanku'
Terima kasih Tuhan..
Maaf kekasihku..

Kethut Ragil
Jakarta 15 September 2012